Rasindo News – Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu menggantikan ayahandanya Umpu Ratu Semula Raja Gelar Ratu Semula Raja menjadi Sultan (SaiBatin) di Kepaksian Sekala Brak sejaman dengan Sultan Banten Perabu Pucuk Amun. Menurut kisah yang dituturkan turun temurun, Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu merupakan sosok Sultan yang sangat Alim dan Sakti, salah satu bukti kesaktiannya terdapat disalah satu bukit bernama Bukit Selalau didekat pelabuhan Krui di pinggir laut yang sangat misteri, bekas telapak kaki beliau dan perahu beliau yang tertambat rapih sewaktu beliau melakukan perjumpaan dengan Penguasa Bunian Matu.
Berdasarkan cerita lain, beliau sering dikabarkan telah mati namun tiba-tiba beliau kembali seperti sedia kala, terakhirkali beliau meniggal dunia di desa Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat dan dimakamkan di Tambak Bata Batu Brak. Di Desa Canggu, Batu Brak, Lampung Barat terdapat yang dinamakan batu Raja di batu tersebut seperti bekas pijakan kaki yang diyakini nenek moyang pendahulu di Batu Brak adalah Simbol peninggalan dari Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi serta di batu tersebut terdapat seperti bekas cakaran kaki Harimau.
Maqom Tambak Bata masih terjaga dan terawat hingga kini, terlihat batu segi empat yang tertata rapih menutupi permukaan maqamtersebut, letaknya dipinggir tebing yang riskan terhadap pengikisan tanah, akan tetapi atas izin Alloh SWT sudah beberapa kali terjadi Gempa bumi besar namun tanah maqom beliau tak longsor. Terakhir baru-baru ini tahun 2017 sebuah pohon besar berusia ratusan tahun didekat Maqom beliau rubuh dari akar-akarnya, letak pohon sangat dekat dengan maqom membuatnya sangat mungkin tertimpa, namun kayu besar yang rubuh kearah Maqom Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu itu tidak sedikitpun menimpa maqom beliau. Keunikan Maqom Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ini juga terdapat pada ukiran hewan menyerupai ular pada batu yang bersusun dipermukaan maqom pada bagian kaki sebelah kiri.
Masyarakat menyebutnya ukiran Luday, hewan yang hanya ada satu dan sebagai penguasa didalam perairan yang paling dalam, tampaknya itulah makna ukiran Luday tersebut yaitu sebagai simbol satu-satunya penguasa atau dalam istilah Lampungnya yaitu SaiBatin (Sultan), karena memang kedudukan Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu adalah Sultan di Kepaksian Pernong Sekala Brak, Kerajaan berlandaskan nilai-nilai gama Islam.
Kebesaran nama Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu juga dinukilkan dalam Warahan dari daerah Kabupaten Way Kanan, sebuah warahan yang cukup terkenal yaitu Warahan Radin Jambat, diwarahkan dalam bait pantun bahwa Radin Jambat melakukan perjalanan spiritual ke Puncak Pesagi dan dilanjutkan ke Maqom Tambak Bata maksudnya adalah Maqom penyucokan tempat berdirinya tampuk imam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, termaksud didalam bait pantun warahan nomor 12 dan 20 yang berbunyi “ Mak Cipak Kuranana, Mak Cipak Kuranani, Ya Laju Lapah Tapa, Haguk Bukti Pesagi, Bupintak Disan Sina, Bukilu Ngati ati “ selanjutnya “ Laju Ngejukko Bura, Seranta Jama Jimat, Mari Tiyanna Laju, Laju di Tambak Bata, Panjang Pitu Mesagi, Temegak Nyalan Diwa, Nudungko Salisa Puri, Radin Jambat Kuwasa “ Maqom Penyucokan Tampuk Imam adalah makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu beliau adalah seorang Waliyulloh yang menyebarkan agama Islam, saat beliau menundukkan Penguasa Bunian Matu maka tempat berdirinya membekas pada sebuah batu, batu tempat berdiri itulah yang disebut dengan MAQOM SELALAU, dan Maqom itu kemudian menjadi titik patokan wilayah, yaitu mulai dari Maqom Selalau kearah utara sampai ke tebu tegantung yang berbatasan dengan Kerajaan Sungai Limau Bengkulu adalah wilayah Kepakisan Nyerupa, sedangkan mulai dari Maqom Selalau terus ke arah selatan sampai menjumpai Tikokh Bekhak di daerah Tanggamus adalah wilayah Kepaksian Pernong, juga termasuk Suoh, Bandar Negeri Suoh dan Batu brak sekarang ini. Demikian tertulis dalam Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi, tapi saat itu belum ada marga marga berdiri, baru kemudian setelah rentang waktu yang lama, banyak pendatang menuju wilayah pesisir.
Diwilayah Pesisir ini terdapat juga beberapa keturunan yang berasal dari Kepaksian Pernong, pada awal-awal penyebarannya adalah Lima Punggawa dari Sekala Brak kemudian diabadikan menjadi nama wilayah di pesisir yaitu daerah Penggawa V (Lima) hingga saat ini. Desa-desa Karya Penggawa, Penggawa V saat ini yang berada di Karya Penggawa dan Way Kerui. Karena menurut Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi sebagian wilayah dipesisir adalah Wilayah Kepaksian Pernong Sekala Brak dan sebagian lagi adalah wilayah Umpu Ratu Nyerupa, maka anak Keturunan Umpu Semula Jadi gelar Sultan Ratu Semula Jadi, putra umpu semula jadi yang pertana dari istri Ratu adalah Umpu Ratu Semula Raja gelar Sultan Ratu Semula Raja kemudian istri kedua Umpu semula jadi berangkat hijrah dari Hanibung Batu Brak mencari negeri baru untuk membesarkan adat bukan memisahkan diri, didalam perjalanan setelah mendapatkan negeri baru wilayah serta tempatpun telah di dirikan putra istri kedua umpu semula jadi di beri gelar adok Depati Khaja Sutan dahulu Depati Khaja Sutan ini nyussuk membuka hutan belukar serta membuka perkampungan-perkampungan yang telah lama di tinggalkan, di dalam jangka waktu yang panjang berkembanglah menjadi perkampungan setelah perkampungan tersebut semakin berkembang menjadi besar serta semakin luas sehingga menjadi kebandaran (kebandakhan), menjadi marga, pada saat Kepaksian Pernong di pecah oleh pemerintahan belanda menjadi marga-marga maka perwakilan dari pada Kepaksian Pernong di Pesisir itu adalah Negeri Ratu Tenumbang, Pesisir Selatan, Pesisir Barat.
Keturunan Umpu Semula Jadi Sultan di Kepaksian Pernong itu sebagai wakil dari Sekala Brak untuk mengurus wilayah di Pesisir, namun walau telah ada wakil di Tenumbang saat itu, Saibatin Kepaksian Pernong Sekala Brak masih tetap turun menjaganya, sehingga disana terdapat Maqom Selalau. Adat nestiti yang berlaku “ Umpu Ratu mejong di hejongan” artinya adalah hanya anak nya ”’Umpu ratu”’ yg duduk menduduki kebesaran nya, jenganan adat Kepaksian, jadi anak tuha laki-laki (anak pertama laki-laki) pantang dan tidak mungkin meninggalkan tahta, menebas hutan bersusah payah membuka pemukiman baru. Pada masa selanjutnya ada nama Rakian Sakti yaitu anak dari Ratu Mengkuda Pahawang Umpu Ratu Bejalan Di Way hijrah pula ke pesisir menuju daerah Ngambur. Seiring berjalannya waktu banyak pula kelompok-kelompok yang datang dari luar dan meminta izin kepada Keturunan Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu di Tenumbang untuk membuka lahan mendirikan perkampungan baru.
Wilayah Umpu Nyerupa di Wilayah Pesisir sangat strategis, maka pada abad Ke-16 M Berlangsung Sejak Tahun 1501 M Sultan Banten mengajak kerjasama ekonomi dengan dengan Umpu Nyerupa, bentuk kerjasama itu dikeluarkanlah surat Piagam Perjanjian oleh Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin. Dari Wilayah Kepaksian Pernong Sekala Brak dan Umpu Nyerupa di Pesisir inilah kemudian berdiri marga-marga, khususnya lagi saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu-Inggris termasuk wilayah pesisir krui, maka berdiri marga-marga disepanjang pesisir, saat terjadi traktat London itu tercatat telah ada 8 (delapan) Marga di Pesisir krui dan 2 (dua) marga di wilayah pusat Sekala Brak. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lagi 8 (delapan) marga- marga baru di wilayah Pesisir krui begitu juga di wilayah Pusat Kepaksian Sekala Brak ada 3 (tiga) Marga, marga melinting peminggir 5 (lima) marga, marga teluk peminggir 6 (enam) marga, marga pemanggilan peminggir 11 (sebelas) marga, marga abung (federasi abung siwo migo) 10 (sepuluh) marga, marga rebang semendo 3 (tiga) marga, marga jelma doya (federasi buay lima way kanan) 10 (sepuluh) marga, marga melinting 3 (tiga) marga, marga tulang bawang (federasi mego pak tulang bawang) 6 (enam) marga salah satunya sebagai bagian dari politik Devide Ed Imperanya.
Namun demikian walapun telah banyak berdiri marga diwilayah pesisir dan di tanah Lampung, adat istiadat dan sejarah kepemimpinan tetap mimiliki benang merah dan kaitan erat dengan Kepaksian sebagai Bumi Asal Para Saibatin, banyak keturunan bangsawan Kepaksian yang memang sejak awal memegang kepemimpinan sebagai Saibatin Marga, selain itu juga Marga- Marga yang telah ada saat ini menjaga khazanah adat istiadat Kesaibatinan yang dibawa dari Bumi Asal Para Saibatin ke wilayah Pesisir, Saibatin adalah Saibatang tindih satu junjungan tempat bersender. Dan jika menengok sejarah yang silam, jejak kebesaran Wilayah Sekala Brak di Pesisir tetap ada, salah satunya adalah dengan adanya ”’Maqom Selalau”’, jejak tapak Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu untuk mengenang kebesaran Kepaksian Pernong, keturunan Empat Umpu yang bertalian darah persaudaraan. Mulai dari keberadaan Empat Umpu, Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Akan (Ayah) dari Umpu Semula Jadi tiba di Kepaksian Sekala Brak Kuno untuk menyebarkan misi agama Islam. Sekala Brak berdiri melanjutkan kebesaran-kebesaran Sekala Brak kuno dengan memasukkan nilai-nilai agama Islam yang Mulia. Pemerintahan wilayah kekuasaan yaitu Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong berkuasa di Sekala Brak , Ibu Negeri Hanibung. “medinas” (DTA)
2 tanggapan untuk “Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu”
Komentar ditutup.